Malang, Multaqomedia.com - Sarasehan dalam rangka tugas akhir mata Kuliah sastra lisan (Folklor) Tadris Bahasa Indonesia semseter V, acara ini dipandu oleh Dr. Ahsan Shohifur Rizal, M.Pd. Yang merupakan dosen pengampu dalam mata kuliah ini. Acara ini dilaksanakan pada Senin 26/12/2022.
Acara ini menarik sekali karena pertama kalinya tugas mata kuliah sastra lisan dengan konsep Sarasehan. Bertempat di Ruang Kelas 206, acara berjalan khidmat dengan penyampaian presentasi oleh para mahasiswa yang telah melakukan penelitian selama 3 bulan terakhir.
Baca Juga: Renungan HIdup: Keseimbangan Hidup, Kolaborasi Antara yang Muda dan Tua
Acara dibuka oleh Dr. Kholik, M.Pd. Selaku Kaprodi Tadris Bahasa Indonesia. Uniknya beliau menyampaikan sambutan dengan berbahasa Madura "mator sekelangkong dek para hadirin se antusias ngereng kegiatan sarasehan nekah, cak Abdul Aziz Syafi'i nekah lakar sastrawan onggu, mun bule, pak Ahsan, ben pak Rozzak nekah sastrawan kacang," tutur Dr. Kholik, M.Pd pada sambutannya.
Selanjutnya giliran para mahasiswa memaparkan hasil penelitiannya, salah satunya Mantra Petik Sumber Desa Mantaraman Pagelaran yang di sampaikan oleh Widiya Safitri.
Cak Abdul Aziz Syafi'i selaku ketua LESBUMI PCNU Kab. Malang menyampaikan beberapa penjelasan dan pencerahan mengenai sastra lisan dengan topik pembahasan "Sastra, Kesenian dan Budaya" dari sastra lama sampai sastra modern beliau jelaskan dengan memberikan penekanan bahwa LESBUMI PCNU Kab. Malang sangat senang dan terbantu dengan adanya penelitian seperti ini.
Baca Juga: Tak Terikat Oleh yang Terpikat
"Kulture Jawa sudah sangat lama dari dokumentasi kita ada sejak era Singosari, Majapahit sampai Demak, Wali Songo hingga saat ini, jika ada atau menemukan manuskrip kuno, bahkan menemukan prasasti aksara Jawa yang sulit dibaca itu, silahkan undang LESBUMI," ungkap beliau ketua LESBUMI PCNU Kab. Malang.
Bagaimana tidak prasasti serta serat atau manuskrip kuno peninggalan leluhur itu sejatinya syarat ajaran Adhi Luhung.
Kita hari ini keterputusan data dan informasi tentang sastra dan keindahan manuskrip kuno itu di sebabkan beberapa faktor, pertama adalah faktor adanya era imperialisme penjajahan, kedua kultur kita masih menganggap bahwa serat ataupun manuskrip kuno itu peninggalan dari agama Hindu, padahal hal para wali songo segmen beliau mendakwahkan Islam tidak hanya pada faktor syariat serta fikih semata. Banyak para wali songo seperti sunan Bonang, sunan Kalijaga dan sunan Kudus dengan beberapa karya sastranya yang begitu indah memvisualisasikan Islam itu erat serta kuat dengan unsur seni dan budaya.
Baca Juga: Kyai Ma'ruf Khozin: Tahlilan yang Memberatkan
Ketika kita menghidupkan semangat membaca serta meneliti sastra, serat ataupun manuskrip kuno dan pembencaan terhadap prasasti sejatinya menyemangati kembali dan menghidupkan kembali medan dakwah guru kita K. Ng. H. Agus Sunyoto.
“Mahasiswa tadris Al-Qolam ini sangat memungkinkan untuk bersinergi dengan Lesbumi PC NU Kabupaten Malang, dalam rangka pribumi sastra di Nusantara.” Tegas Gus Aziz
Acara berjalan dengan lancar diakhiri dengan sesi swafoto dengan para peserta sarasehan.