Multaqomedia.com - Selamat Tahun Baru 2023, "Menyajikan fakta dengan jujur itu adalah bagian dari integritas dan moral Seseorang." Pesan itulah yang saya terima di kala ruang dan waktu sedang menghimpit dan berdiskusi dengan ragam kegelisahan.
Jujur memang sebuah kata yang mudah diucap tetapi sukar untuk dilakukan. Bahkan, jujur juga memiliki resiko tertentu. Bisa dijauhi teman, dimarjinalkan bahkan "dibunuh". Itulah kata yang oleh kaum Qurays disandangkan kepada Nabi Muhammad karena memang ia adalah sosok yang bisa dipercaya, al-Amin.
Dengan bersikap jujur orang bisa menerima dan menolak. Karena jujur adalah konsekuensi tegas yang memang harus selalu dipelajari dan dipraktikan oleh setiap manusia. Perjumpaan dan komunikasi adalah media yang kerap menyajikan kejujuran dan ketidak jujuran, menyajikan keakraban yang dibuat-buat, ketulusan pun sebaliknya, bahkan kerap menampakkan sikap bermuka dua.
Baca Juga: Semboyan Ala Bisa Karena Terbiasa Ala Santri: Model Pembelajaran BSI di Era Kurikulum Merdeka
Inilah panggung, yang tidak sedikit orang berlomba mendapat simpati. Mendapat pujian dan tepuk tangan di mana-mana. Simpati itu justru dicari dan dibuat. Sehingga bukan lagi kejujuran publik yang didapatkan, kecuali kedustaan-kedustaan semata. Karena ketika kepentingannya sudah selesai, maka mereka akan diabaikan.
Pelajaran agama sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi. Platform sosial media begitu menjamur, bahkan penggunanya tidak sedikit. Kajian agama, berikut tentang kejujuran juga disampaikan melalui platform-platform sosial media.
Tak kurang-kurang, hampir setiap jam muncul kajian dan podcast-podcast membicarakan agama, moral dan nilai-nilai luhur. Di lain hal justru terjadi kemorosotan nilai, ketidak jujuran, ketidak adilan, bahkan cenderung memanipulatif. Literasi yang seabrek berkembang dan mudah didapat, justru menjadi sangat minim pembaca dan pemerhatinya.
Baca Juga: Cerpen Ahmad Loel; Kunci di Pohon Nangger
Wajar, jika kemiskinan literatur itu tampak. Karena semakin sulitnya mencari kejujuran, semakin sulitnya mencari keadilan. Hal ini sama sekali tidak sejalan dengan perkembangan media yang memuat ajaran-ajaran agama tanpa batas ruang dan waktu. Agaknya memang perlu ada forum kejujuran di mana-mana.
Perlu digalakkan forum-forum keadilan agar siapapun dapat melatih instrospeksi diri, terlebih saya. Sehingga bukan kumpulan justifikasi tetapi konfirmasi dan diskusi. Sementara yang hilang dari kemajuan bangsa ini adalah ruang-ruang konfirmasi dan diskusi.
Kebanyakan lebih suka berkata kotor, kumuh, justifikasi di sosial media, fitnah sana sini. Padahal melatih ketegasan, kejujuran dan keadilan butuh konfirmasi dan diskusi. Butuh njagong bareng, bukan saling tuding di balik jaringan internet.
Baca Juga: Gus Dur Satu-Satunya Presiden yang Tidak Punya Dompet: Kata Gus Mus
Semoga kita semua senantiasa diselamatkan dari tubaadab dan diberi semangat untuk selalu belajar jujur, bersikap adil dan beradab kepada siapapun. Wallahu a'lam.[]