Oleh: Amaliyatusholihah*
Malang, Multaqomedia.com - Sebelum mengkaji lebih jauh mengenai semiotika sastra kita bahas terlebih dahulu mengenai pengertian sastra tersendiri. Sastra adalah sebuah karya tulis pengungkapan ide pikiran, pengalaman, pendapat serta perasaan sebagai penyampaian aspirasi pemikiran yang indah.
Sebuah hasil karya sastra yang sudah ditulis sebagai sarana untuk dibaca dengan tujuan dapat menghibur dan juga mendidik. Sebuah hasil karya sastra membutuhkan teori semiotika agar mudah untuk di pahami. Maka dari itu kita pelajari lebih lanjut mengenai semiotika sastra.
Semiotika memiliki arti sebagai ilmu yang mempelajari tentang tanda. Dalam kajian semiotika ada 2aspek yang mempelajari tentang semiotika yaitu : 1. Penanda dan 2. Petanda. Penanda adalah bentuk formal penanda itu, dalam bahasa berupa satuan bunyib atau huruf dalam sastra tulis, sedangkan petanda adalah apa yang di tandai oleh penandanya itu.
Baca Juga: Buku Puisi Esai Pasasti Para Penyaksi: Satu Pena Jawa Timur Bergerak di Bulan Puisi Esai Denny JA
Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda tersebut ada 3 jenis tanda yaitu 1) ikon adalah tanda yang penanda dan petandanya menunjukan ada hubungan yang bersifat alamiah, yaitu penanda sama dengan petandanya, misalnya gambar, potret, atau partung. Gambar rumah(penanda) sama dengan rumah yang ditandai (petanda) atau gambar rumah menandai rumah yang sesunguhnya. 2) Indeks adalah tanda yang penanda dan petandanya menunjukkan adanya hubungan alamiah yang bersifat kausalitas, misalnya asap menandai api, mendung menandai akan turun hujan. 3) Simbol adalah tanda yang penanda dan petandanya menunjukkan adanya hubungan alamiah, misalnya kata “ ibu “(penanda) menandai orang yang melahirkan kita. 4) sintom adalah penanda yang menunjukkannya petandanya belum pasti, misalnya suhu panas orang sakit menunjukkan bahwa orang itu sakit, akan, tetapi tidak menunjukkan bahwa orang itu sakit dengan jenis penyakit tertentu. Hanya menunjukkan jika orang itu sakit saja.
Baca Juga: Refleksi 2022-2023: Bahasa Para Wali adalah Bahasa Jawa
Berdasarkan uraian diatas dijelaskan bahwa semiotika berperan penting dalam pemaknaan sastra. Karya sastra adalah karya seni yang bermedia dari Bahasa, bahasa sebagai sistem tanda tingkat pertama disebut sebagai meaning (arti).
Karya sastra merupakan sistem sistem tanda atau semiotika kedua karena karya sastra merupakan sistem tanda yang lebih tinggi dari Bahasa. Konsep semiotika adalah sebagai pemberi makna Ketika dibaca oleh pembaca dalam memberi pemahaman terhadap teks karya sastra.
Semiotika berperan besar dalam pemaknaan karya sastra. Mempelajari tanda berarti mempelajari Bahasa dan kebudayaan. Semiotika sebagai alat analisis karya- karya sastra, bagaimana karya ssstra tersebut dapat mudah dipahami, tersusun indah dan memiliki kode- kode yang sekilas tidak mempunyai arti apapun.
Baca Juga: Artikel Sambung Kyai Agus Sunyoto, Jejak Dakwah Islam Cina di Nusantara II
Peran semiotika dalam sastra membawa dampak besar terhadap perkembangan keindahan dan kemudahan dalam kajian sastra. Pengkajian teori semiotika terhadap sastra harus membutuhkan banyak ilmu lain semisal yaitu, ilmu linguistik, sosiologi dan psikologi. Hal itu mempermudah dalam pelaaksanaan teori semiotika dalam sastra.
Penerapan semiotika dalam sastra contohnya dalam cerpen yang berjudul “bertaruh dengan Masa Depan” Karya Noor Cholis Hakim
"Masih ada Tuhan di atas sana. Ingat, kamu tidak sendiri. Namun, kamu harus beradaptasi, sebab dunia tak selamanya teduh."