Multaqomedia - Puisi adalah sebuah upaya menyampaikan pesan sejujur-jujurnya.
Hal ini tergambar dari rangkaian pesan yang dibalut oleh kata dan kalimat indah.
Baca Juga: Dua Sajak Muhammad Yasin tentang Penyesalan
Namun, terlihat akan kejujuran yang tersemat di dalam bait-bait dan kisah yang dituliskan.
Berikut adalah 3 Puisi Tentang Sore itu, tentang perjumpaan dan rekam jejak sebuah perjalanan.
Baca Juga: Puisi Muhammad Yasin 'Bangkitlah Indonesiaku'
1/
Aku ingin memotong mega, yang memerah di pelupuk senja. Untukmu, Ya jelas! Untuk siapa lagi? Beberapa waktu lalu ia berdiri menjulurkan tangannya, agar pelangi bisa sampai di ujung matamu. Aku bukan manusia dengan segala rasa, aku hanya sebutir debu dari hempasan pasir pantai. Merendah? Tidak! Karena memang demikian diriku. Jika memang benar, matamu tidak seperti cermin yang memantulkan wajahmu, maka sepotong mega perlu aku raih untukmu, agar engkau tahu arti dari sebuah senja, yang selalu menyisakan rindu di penghujung matahari terbenam.
2/
Ada raut tampak gamang dengan tangan bergetaran.
Ada wajah pucat pasi, mata menganga memandang ke langit-langit.
Di bawah lentera berjibun rasa, ingin kucatat namun tak kuasa, ingin kulupa tapi merayap disela-sela ingatan.
Entah apa yang engkau nanti? Kataku.
Biarkan saja ia melata dan pergi menjauh ke dalam relung hati.
Bibirmu komat-kamit menuai mantra, padahal semua recehan harapan yang kau sangka-sangka.
Pasti menyesal toh…? Tanyaku.
Kini ia melaju bersama angin, terkoyak tak karuan, terhempas tak berkesudahan.
Kau coba kaitkan kayu, tapi tak ada satu benihpun yang tumbuh.
Aku coba tawarkan besi, tapi tak kuasa menjulurkannya.
Ia semakin menjauh, menjauh, dan menjauh.
Suaranyapun mulai tak terdengar, apa karena bising yang menggunjing genderang telinga.
Andai tak kuasa menangkap suaranya, wajar.
Apalagi kian sulit menolehkan kepala hari ini.
Sakit?
Tidak.
Mungkin karena mereka sibuk mencari dedaunan untuk berteduh, atau sekadar menghangatkan badan, jika malam mulai mencekam.
Sesekali ingin meniru mereka.
Apa kamu tahan membungkam mulutmu?Tak bersuara, entah seberapa lama?
Oh….nirwana!
Engkau berjanji akan memberi cahaya, pada siapa saja yang tak pernah lupa.
Tapi aku manusia, aku khawatir, karena aku sedikit pelupa, apalagi kalau sedang bahagia.
3/
Suaranya masih terekam di benak terdalam, rintiknya pun masih terngiang di setiap lamunan, ia menitipkan deru sedan di selaksa jiwa, suaranya yang lirih berbalut rintik hujan sore itu, mengisak tangis menjerit di dalam hati, aku tak bisa melepaskan genggaman tangan ini, jangan engkau paksa, jika benar kita adalah perpisahan maka akan kuterima dengan lapang, namun bagaimana dengan Tuhan? Ia menciptakan kasih dan sayang, jangan kau paksa sekali lagi, biarkan ku genggam erat tanganmu, seperti eratnya hujan mendekap dinginnya sore ini.
Itulah 3 Puisi Tentang Sore itu, semoga menjadi inspirasi bagi kita semua.[]