Bibirmu komat-kamit menuai mantra, padahal semua recehan harapan yang kau sangka-sangka.
Baca Juga: 3 Puisi Gus Mus, Salah Satunya Tentang Ibu
Pasti menyesal toh…? Tanyaku.
Kini ia melaju bersama angin, terkoyak tak karuan, terhempas tak berkesudahan.
Kau coba kaitkan kayu, tapi tak ada satu benihpun yang tumbuh.
Aku coba tawarkan besi, tapi tak kuasa menjulurkannya.
Ia semakin menjauh, menjauh, dan menjauh.
Baca Juga: Puisi Dian Meiningtias; Bumi Manusia, Waktu dan Kekasihku
Suaranyapun mulai tak terdengar, apa karena bising yang
menggunjing genderang telinga.