Ganti Warna 3 Kali dan Berakselerasi Misterius, Komet Antarbintang 3I/ATLAS Ungkap Perilaku Aneh

- Rabu, 05 November 2025 | 16:25 WIB
Ganti Warna 3 Kali dan Berakselerasi Misterius, Komet Antarbintang 3I/ATLAS Ungkap Perilaku Aneh


MULTAQOMEDIA.COM
- Komet antarbintang 3I/ATLAS kemungkinan sedang mengembangkan rona kebiruan setelah mengalami peristiwa pencerahan yang cepat dan tak terduga saat bersembunyi di balik Matahari.

Ini adalah ketiga kalinya para ahli mencatat potensi perubahan warna komet—tetapi, sejauh ini, tidak ada yang permanen.

Komet 3I/ATLAS, objek antarbintang ketiga yang diketahui mengunjungi Tata Surya kita, terlihat melesat menuju Matahari dengan kecepatan lebih dari 130.000 mph (210.000 km/jam) pada awal Juli.

Dikutip Live Science, komet ini berpotensi menjadi yang tertua dari jenisnya yang pernah dilihat dan kemungkinan terlontar dari sistem bintang asalnya, di suatu tempat di perbatasan Bima Sakti, lebih dari 7 miliar tahun lalu.

Sejak saat itu, ia telah berlayar melalui ruang antarbintang, sebelum membuat pertemuan saat ini dengan Tata Surya kita.

Selain itu, tim peneliti lain mendeteksi adanya tanda-tanda akselerasi non-gravitasi pada komet saat mendekati titik terdekatnya dengan Matahari (perihelion).

Objek antarbintang ketiga yang dikonfirmasi ini menjadi sorotan sejak pertama kali ditemukan pada 1 Juli lalu oleh ATLAS (Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System).

Dengan kecepatan dan eksentrisitas yang ekstrem, komet ini dipastikan berasal dari luar Tata Surya, menyusul 1I/'Oumuamua dan 2I/Borisov.

Misteri Warna Biru dan Percepatan di Balik MatahariKetika 3I/ATLAS mendekati perihelion pada 29 Oktober, komet tersebut terhalang dari pandangan teleskop Bumi.

Namun, astronom berhasil mengamatinya menggunakan wahana antariksa seperti STEREO, SOHO, dan satelit cuaca GOES-19.

Hasil observasi ini mengungkap fakta mengejutkan: komet itu mencerah secara signifikan hingga sekitar magnitudo 9.

"Salah satu temuan utama adalah bahwa fotometri warna menunjukkan komet jauh lebih biru daripada Matahari," kata peneliti dikutip IFL Science.

Namun, penyebab pencerahan cepat ini masih menjadi misteri, jauh melebihi laju pencerahan komet Oort cloud yang lebih umum.

Bersamaan dengan perubahan warna ini, observasi yang dilaporkan oleh Davide Farnoccia, insinyur navigasi di NASA’s Jet Propulsion Laboratory, mengindikasikan bahwa komet tersebut menunjukkan tanda-tanda "non-gravitational acceleration" atau percepatan yang tidak hanya disebabkan oleh gravitasi.

Avi Loeb, astronom Harvard, menjelaskan bahwa percepatan non-gravitasi ini terukur pada jarak perihelion 3I/ATLAS sebesar 1,36 astronomical units (sekitar 203 juta kilometer).

Bukan Serangan Alien, Melainkan Perilaku Komet yang Tidak Biasa
Meskipun fenomena akselerasi non-gravitasi sempat memicu spekulasi liar—termasuk hipotesis alien yang dilontarkan oleh Avi Loeb—hampir semua astronom menolak spekulasi tersebut.

Percepatan non-gravitasi justru dianggap sebagai bukti lebih lanjut dari perilaku komet yang tidak biasa.

Akselerasi ini terjadi karena komet mulai mengeluarkan gas (outgassing) secara signifikan saat mendekati Matahari, menyebabkan hilangnya massa.

Dorongan dari gas yang dikeluarkan inilah yang menghasilkan percepatan tambahan.

Loeb menjelaskan, jika kecepatan pancaran termal gas komet beberapa ratus meter per detik, komet akan kehilangan sekitar sepersepuluh massanya selama melintasi perihelion.

"Hilangnya massa yang masif seperti itu harus dapat dideteksi dalam bentuk gumpalan gas besar di sekitar 3I/ATLAS selama bulan-bulan mendatang, November dan Desember 2025," tulis Loeb dalam unggahan blognya.

Misteri yang Belum Terpecahkan


Kabar baiknya, wahana JUICE (European Space Agency) yang sedang menuju Jupiter mungkin dapat mendeteksi hilangnya massa ini selama awal November.

Tim peneliti yang menggunakan observatorium Matahari menyimpulkan bahwa outgassing yang signifikan kemungkinan telah terjadi, memperkuat bukti perilaku komet yang menarik.

"Alasan untuk pencerahan cepat 3I yang jauh melebihi laju pencerahan sebagian besar komet Oort cloud pada jarak serupa, masih belum jelas," tambah tim tersebut.

Para ilmuwan berspekulasi bahwa percepatan ini mungkin terkait dengan sublimasi air (H2O) yang dihambat oleh pendinginan dari sublimasi karbon dioksida (CO2), yang tetap dominan pada jarak tertentu.

Karena ini baru objek antarbintang ketiga yang dikonfirmasi, banyak misteri yang masih harus dipecahkan.

"Tanpa penjelasan fisik yang pasti, prospek perilaku 3I pasca-perihelion tetap tidak pasti," ungkap kesimpulan tim tersebut.

"Observasi lanjutan dapat membantu memberikan penjelasan yang lebih definitif untuk perilaku komet."(*)

Komentar