“So far selain Golkar dan PKS, memang sistem partai sangat terbuka, siapa saja boleh jadi ketua umum, siapa saja boleh jadi presiden partai,” ujarnya.
Menurutnya, partai yang didirikan atau dibangun dengan mengandalkan figur tertentu biasanya cenderung menurunkan kepemimpinan kepada tokoh yang memiliki hubungan darah dengan pendirinya.
“Nampaknya partai-partai yang didirikan atau mengkultuskan atau membawa ketokohan seorang biasanya akan menurun kepada tokoh-tokoh yang punya aliran darah biologis,” jelasnya.
Ia mencontohkan, di Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menurunkan kepemimpinan kepada putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), tanpa penolakan berarti.
“Kalau gitu biasanya nggak ada protes karena memang dia adalah anaknya. Dan itu pun terjadi, kan Megawati sekarang tinggal Prananda ataupun Puan,” tandasnya.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Gus Yahya Tantang Rais Aam Makzulkan Dirinya di Muktamar PBNU
Roy Suryo Bersumpah: Demi Allah Lembar Pengesahan Skripsi Jokowi Tidak Ada
Prabowo Perintahkan Audit Empat RS Papua Usai Tragedi Ibu Hamil
Ahmad Ali Terang Benderang Lecehkan Megawati