Turki Lebih Ngeri dari Iran, ini 6 Ketakutan Tokoh Israel Terkait Kekuatan Negeri Erdogan

- Sabtu, 18 Oktober 2025 | 08:50 WIB
Turki Lebih Ngeri dari Iran, ini 6 Ketakutan Tokoh Israel Terkait Kekuatan Negeri Erdogan


MULTAQOMEDIA.COM - 
Di tengah peta geopolitik Timur Tengah yang terus berubah, Israel kini menghadapi ancaman eksistensial baru yang tidak datang dari kekuatan militer konvensional, melainkan dari pengaruh strategis Turki yang semakin meluas.

Di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan, Ankara secara sistematis memperkuat posisinya sebagai kekuatan Sunni utama melalui diplomasi aktif, dukungan terhadap Hamas, dan peran mediator dalam konflik Gaza - sebuah manuver yang secara langsung mengikis pengaruh tradisional Israel di kawasan.

Ancaman Turki ini justru lebih berbahaya daripada sekadar konfrontasi bersenjata karena bersifat multilateral, melibatkan soft power, dan mendapatkan legitimasi internasional, sehingga berpotensi mengisolasi Israel secara diplomatik sambil memperkuat blok perlawanan Palestina dengan sumber daya dan dukungan politik yang sebelumnya tidak pernah mereka miliki.

Beberapa pejabat dan tokoh Israel telah secara terbuka menyatakan pandangan mereka bahwa Turki merupakan ancaman strategis bagi Israel. Pernyataan-pernyataan ini biasanya muncul saat ketegangan antara kedua negara meningkat. Berikut adalah rinciannya, sebagaimana dimuat The Times of Israel, The National Interest, dan sejumlah media massa asing lainnya.

1. Amichai Chikli, Menteri Urusan Diaspora


Sebelum memasuki dunia politik, Chikli adalah seorang mantan perwira militer di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan seorang aktivis sosial. Ia memulai karier politiknya di Knesset sebagai anggota partai Yamina, tetapi kemudian membelot dan bergabung dengan partai Likud yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Sepanjang kariernya, ia dikenal karena retorikanya yang kontroversial, termasuk kritiknya terhadap kelompok Yahudi liberal di luar negeri dan sikap kerasnya terhadap Palestina, yang membuatnya menjadi tokoh yang memecah belah.

Pada September 2025, Chikli, yang juga anggota partai Likud pimpinan Netanyahu, mengatakan dalam sebuah wawancara TV bahwa Israel harus mengarahkan perhatiannya ke Turki setelah Iran.

"Turki harus menjadi target berikutnya" setelah Iran. Ia menyarankan Israel meluncurkan kampanye media internasional terhadap Turki.

2. Israel Katz, Menteri Luar Negeri Israel


Ia dikenal sebagai sekutu lama dan loyalis Netanyahu, serta dijuluki "buldoser" karena gaya kepemimpinannya yang tegas dan kadang kasar. Sebelum menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Katz telah menduduki berbagai posisi penting di pemerintahan, termasuk Menteri Luar Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Transportasi, dan Menteri Intelijen.

Karier politiknya dimulai pada tahun 1998 ketika ia pertama kali menjadi anggota Knesset (parlemen Israel), dan ia memiliki latar belakang militer sebagai mantan perwira penerjun payung di Pasukan Pertahanan Israel. 

Katz secara terbuka meminta NATO untuk mengusir Turki dari aliansi militer tersebut, setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengancam akan mengirim pasukan ke Israel.

Pada Juli 2024, Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan, "Mengingat ancaman Presiden Turki Erdoğan untuk menyerbu Israel dan retorikanya yang berbahaya, Menteri Luar Negeri Israel Katz menginstruksikan para diplomat... untuk segera berinteraksi dengan semua anggota NATO, menyerukan pengutukan terhadap Turki dan menuntut pengusirannya dari aliansi regional."

3. Jacob Nagel, Komite Nagel


Jacob Nagel adalah seorang Brigadir Jenderal (Purn.) dan Profesor di Israel yang memiliki rekam jejak panjang di bidang keamanan dan pertahanan. Ia menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari tahun 2016 hingga 2017.

Nagel juga dikenal sebagai kepala Komite Nagel, sebuah komite yang merekomendasikan pengembangan sistem pertahanan rudal Iron Dome. Setelah pensiun dari pemerintahan, ia kembali ke almamaternya, Technion–Israel Institute of Technology, untuk memimpin Pusat Ilmu dan Teknologi Keamanan.

Selain itu, ia adalah seorang senior fellow di Foundation for Defense of Democracies (FDD), sebuah lembaga think tank yang berbasis di Washington. 

Laporan Komite Nagel, sebuah komite yang dibentuk oleh pemerintah Israel dan dipimpin oleh Penasihat Keamanan Nasional Israel Jacob Nagel, mengidentifikasi Turki sebagai "ancaman strategis".

Bunyi perkataannya: Pada Januari 2025, komite ini mengeluarkan laporan yang menyoroti ambisi Turki untuk "mengembalikan kejayaan mahkota Ottoman" dan menyebutnya sebagai "tantangan keamanan yang mendesak" bagi Israel.

Laporan ini juga mengisyaratkan perlunya Israel bersiap menghadapi potensi konflik dengan Ankara.

4. Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel


Netanyahu secara tidak langsung menuding Turki imperialis dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Januari 2025, menanggapi ancaman Erdogan terkait kehadiran Israel di Suriah.

Kementerian Luar Negeri Israel, di bawah kepemimpinannya, menanggapi komentar Erdogan dengan mengatakan, "Aktor imperialis yang agresif di Suriah (serta di Siprus utara, Libya, dan wilayah lain di Timur Tengah) adalah Turki itu sendiri, dan disarankan agar presiden Turki menghindari ancaman yang tidak perlu."

5. Ron Ben-Yishai, Wartawan Pertahanan Israel


Jurnalis veteran dan koresponden perang Israel ini dikenal luas karena reputasinya dalam meliput berbagai konflik militer di berbagai belahan dunia selama lebih dari 50 tahun.

Ia telah meliput berbagai perang, dari invasi Turki ke Siprus hingga konflik di Afghanistan dan Kolombia. Berkat kariernya yang panjang dan berdedikasi, ia menerima berbagai penghargaan, termasuk Israel Prize, penghargaan sipil paling bergengsi di Israel, pada tahun 2018.

Ben-Yishai juga merupakan mantan perwira militer di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan sempat terluka beberapa kali saat menjalankan tugasnya sebagai jurnalis. 

Meskipun bukan seorang pejabat pemerintah, Ben-Yishai, yang merupakan tokoh penting di media Israel, menyampaikan kekhawatiran yang serupa di media.

"Niat Turki untuk menempatkan sistem pertahanan udara dan radar di bandara-bandara Suriah pusat menimbulkan ancaman langsung terhadap kebebasan bertindak Israel di Suriah."

Ia juga berargumen bahwa kehadiran Turki di Suriah akan menghambat kebebasan Israel menggunakan wilayah udara Suriah untuk menyerang target, misalnya di Iran.

6. Eli Carmon, Ahli Kontra-Terorisme


Ia dikenal karena analisisnya yang mendalam mengenai berbagai kelompok teroris, ancaman keamanan di Timur Tengah, dan kebijakan luar negeri Israel, termasuk pandangannya tentang Turki sebagai potensi ancaman strategis. Carmon secara rutin dikutip oleh media-media Israel dan internasional untuk memberikan wawasan mengenai isu-isu keamanan, dan ia telah berkontribusi dalam berbagai publikasi akademik serta konferensi terkait terorisme dan keamanan. 

Ahli kontra-terorisme Israel dari Universitas Reichman ini juga memperingatkan tentang meningkatnya pengaruh Turki.

Pada September 2025, Carmon menyatakan di media Israel, "Turki menjadi faktor yang jauh lebih berbahaya daripada Iran." Ia juga menyoroti manuver Turki di Suriah dan dukungannya terhadap faksi-faksi Hamas.

Komentar